Senin, 04 Juli 2011

akhirnya "C" itu muncul juga

ini gak tau dosa apa yang telah kuperbuat.
hingga akhirnya yang ditakutkan pun akhirnya muncul di akhir cerita.

yah setelah perjuangan keras buat mempertahankan nilai biar si "penebar derita" itu gak muncul. ternyata memang gak bisa sesuai harapan. ikatan karbon itupun muncul pada nilai terakhir mata kuliah Fisika Dasar II dengan sosok propana.

karena memang Fisdas itu bobotnya 3 sks sih. jadinya ya C-C-C, harapan buat IPK naik drastis pun sirna seketika.

padahal katanya sih bapaknya itu udah ngasih porsi yang pas buat nilaiku kelak. dan ternyata harapan tak sesuai dengan kenyataan!
mungkin kalo digambarkan suasanaku waktu itu tuh kayak gini deh.


pas banget dah...

kecewa ...
sedih..
tangis...
air mata menetes tiada akhir...
galau mendadak deh akhirnya.
mana pas dikampus diketawain si sholeh lagi.
hhaasshhh...!!!
FFFFffffUUUUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu................................!!!!!

yoweslah.
buat pembelajaran, berarti intinya strategi semester kemaren harus di revisi.
harus bener-bener mengenal dosen yang ngajar (yaiyalah,kalo gak ngajar buat apa?)
pokoknya target semester depan tuh nilai "A" (yang notabene angka favorit mahasiswa) harus dapet lebih dari satu.yah minimal dua lah...tiga juga oke banget :D.
dan yang kedua. tiada lagi nilai "C"!!!
aminn....


doakan saya ya semuanya...:)

Sabtu, 02 April 2011

SEORANG HAMBA

ini puisi yang satunya lagi...
agak panjangan daripada yang pertama.
malah lebih mirip cerita malahan daripada disebut puisi.
hahaha...
inget jaman-jaman SMA jadi bikin kangen sama temen-temen deh.

ini dulu salah satu dari favorit temen-temenku soalnya.

judulnya :
Seorang Hamba


Hamba tercipta sebagai mahluk paling sempurna yang tak sempurna.
Hamba bukanlah pengabul mimpi.
Juga bukan pembual khayal.
Hamba hanya tercipta sebagai abdi tuhan.
Yang harus slalu bersahaya.
Kepada-Nya sang penguasa segala kuasa.

Siang dan malam.
Mengalirkan ucapan tasbih.mengumandangkan takbir.

Iman.
Patuh.
Ta'at.
Telah terukir indah didalam hati dengan untaian-untaian emas dan batu permata.
Telah terpatri dalam sanubari. sejak hamba masih tak berupa.
Dan Janji tlah dibaiatkan.
Bahwa Dia lah Tuhan seluruh semesta.

Namun.
Ukiran-ukiran itu dikaburkan oleh iblis dan balanya.
Ditabur dengan debu dan abu neraka.para laknat yang ingin meniatkan dendamnya pada para insan.tlah berjanji pada yang Maha Kuasa.tuk jerumuskan para hamba ke dalam jalan mulus nan lebar berujung neraka.menyebar umpan-umpan bangkai yang bertabur permata.dan darah yang beraroma kasturi.

Para hamba yang terbuai.perlahan masuk dalam dunia mimpi sang para laknat.mata mereka buta.hati mereka gelap.penuh sesak oleh anjing-anjing kenistaan.haramlah halal.dan halalkan haram.

Dan Hamba-hamba yang taat.memegang teguh panji islam.disiksa dengan kawat duri.yang dililitkan iblis mulai dari ubun-ubun hingga ujung kaki.
Uluh hatinya dirajam dengan bilah-bilah pedang.hingga setiap mereka berjalan.slalu terkucur darah segar dari tubuhnya.

Namun.hamba itu tersenyum.meski dirinya tersayat oleh jalanan yang berduri dan tersiksa oleh kedurjanaan iblis.karna jalan mereka berharum bunga mawar.meski mereka terus merintih.tersenyum menikmati setiap sayatan.rintihan bisik dengan lantunan indah berbunyi.
Allahu Akbar.

Ya.
itulah jalan menuju surga.

risalah sang pemimpi

ini puisi yang sempat aku buat dulu waktu jaman SMA
yah terkesan asal-asalan sih memang.
tapi lumayan spontan juga sih nulisnya waktu itu.
jadi ya harap maklum lah...
aku tiba-tiba teringat sama puisi ini karena ada yang nge-like di notes FB ku.
karena belakangan ini lagi pengen-pengennya blogging.
jadi ya repost di mari aja deh..

silahkan...

judulnya :
RISALAH SANG PEMIMPI


Jika kau tanya.
apa artinya cinta?

Maka aku jawab.
Cinta tak bisa diartikan dengan kata.
Tapi dapat difahami dengan hati.

Jika kau tanya.
Apa yang harus aku lakukan demi cinta?

Maka aku jawab.
Keikhlasan.
Mencintai dengan tulus.
Mencintai dengan apa adanya.
Bukan dengan memaksakan.
Mencintai dengan tingkatan yang telah ditetapkan oleh tuhan.

Jika kau tanya.
Mengapa kau mencintaiku?

Maka aku jawab.
Karena aku hanya ingin cinta yang aku cintai.
Dan aku mencintaimu.

Dan jika kau tanya.
Apa aku cinta matimu?

Maka aku jawab.
Tidak.
Karena cintaku takkan pernah mati.

Rabu, 30 Maret 2011

diary depresiku #part 1

Hari ini sepertinya entah kenapa keinginan untuk menulis tiba-tiba saja muncul. Nggak tau kenapa sih. Mungkin gara-gara galau akibat serangan kuis kimia analisa dadakan tadi pagi yang soal-soalnya begitu mencecar saya yang maju tanpa persiapan. Udah gitu malemnya pakek nggak belajar lagi (yah, meskipun malam-malam sebelum itu pun biasanya ndak belajar juga sih, hahaha, tapi lumayanlah bisa dibuat alesan), udah gitu pun dengan bangganya tadi duduk benar-benar di hadapan asdos pula. Benar-benar posisi yang mematikan bila dalam perang dapat diibaratkan gw ada di depan tank tempur rusia keluaran terbaru. #mati kutu!

Dan parahnya lagi, kuis tersebut benar-benar memancarkan sinar radiasi yang mengakibatkan semangat gw langsung ter-evaporasi sempurna. Hilangnya semangat yang merupakan 75% dari komposisi nyawa gw menyebabkan gw sempat kehilangan arah dan tujuan hidup. Seakan hidup ini bagaikan padang pasir yang tak berujung. Namun, bukan namanya Teknik Kimia namanya apabila kampusnya tidak dihuni oleh sekumpulan mahluk-mahluk bermuatan positif yang dapat dengan segera memberikan sengat listrik bersengatan ribuan volt. Sedikit kata-kata yang diucapkan oleh seorang senior (yah meskipun seumuran tapi bagaimanapun beliau tetap senior man!),”jangan mengeluh, karena mengeluh berarti lemah, dan lemah berarti tipis!”, yang kemudian diteruskan oleh otak saya, ”tipis berarti mudah rusak! , mudah rusak berarti sampah! Dan sampah lebih buruk daripada kompos, hahaha”. Mana mau gw dibilang lebih jelek dari kompos.

Jadi dari situ...

Akhirnya gw nulis deh, hehehe.

Meskipun nggak nyambung sih. Tapi okelah...

Nulisnya dikit-dikit aja ya. Seperti metode “minum kopi”. Oh ya! Mungkin untuk menjelaskan metode minum kopi ini akan dijelaskan di postingan selanjutnya deh...

Jumat, 18 Februari 2011

sadarkah kalian bahwa golongan darah dapat mempengaruhi karakter kita!








Melawan Hegemoni ITB

Malam itu, saya pergi berselancar bersama Eyang Google. Mata saya terbelalak melihat kata-kata berbunyi ”Melawan Hegemoni ITB” tercecer di milist alumni ITB. Padahal niat awal hanya mencari kabar tentang Dies Emas ITB setahun lalu (nama ITB resmi dipakai 2 Maret 1959). Karena penasaran, saya malah menelusuri perdebatan ini, tanpa suatu tendensi apapun. Sampai pertanyaan, siapa kampus teknik terbaik di Indonesia? Kakaknya atau adiknya?

Kampus ITS, ITS Online - Soal SNMPTN baru saja dibagikan. Mata Andi melirik Tono. “No…Pilih apa nih, B atau S?”. “B aja. B itu pasti Bahagia”. “Kalau S?”. “S itu Sengsara Ndi. ” sekejap gigi Tono berderet tampil di bawah bibirnya yang mengembang. Sementara alis Andi mengerut keheranan. Cita-cita keduanya memang jadi insinyur. Setahu mereka, hanya ada dua sekolah yang secara jantan bisa memberi mimpi itu. Tidak sedikit anak seperti Andi yang selalu bingung memilih kampus tambatan hatinya. Akhirnya image-lah yang menuntun mereka menempatkan B dulu baru S. Benar salah?

Saat ini, hampir tiap kampus memiliki jurusan teknik, kecuali Akademi Kebidanan. Tapi kalau bicara masalah dedengkotnya teknik, hanya ada dua: ITB dan ITS. Nama besar keduanya jadi rebutan anak-anak SMA sederajat. ITB terkenal dengan nama harum alumninya, salah satunya Ir Soekarno, sedangkan ITS terkenal dengan industri maritim dan dunia robotikanya.

Sayang, di mata masyarakat luas, keberadaan ITS masih di bawah bayang-bayang saudara tuanya. Seperti bayang-bayang klub sepak bola Manchester United di atas Manchester City. Wajar saja, sejak SNMPTN masih bernama UMPTN sekitar 20 tahun lalu, nama ITB tak pernah bergeser dari posisi puncak nilai rata-rata terbaik untuk kelompok IPA. ITB tetap paling favorit sedang ITS hanya mampu menggoda siswa SMA sederajat di wilayah Jawa Timur dan sebagian Indonesia Timur. Bahkan di wilayah barat, nama ITS hanya terdengar sayup-sayup.

Terbukti, tiap kali saya pulang kampung ke Depok, Jawa Barat, banyak tetangga yang bilang, “ITS ya, swasta atau negeri tuh?”. Dalam hati saya membalas,”Swasta dari Hongkong!!!”. “Wah…hebat kamu ya bisa kuliah di Hongkong.” ternyata ia bisa baca kata hati saya. Lain tetangga, lain pula tusukan teman lama saya yang polosnya luar biasa. ”Kuliah dimana sekarang?” tanyanya. “Ehm…jadi nggak enak nih nyebut-nya,” gaya saya agak sombong. “ITS dong bro!” jawab saya bersemangat. “Wah…ITS, pinter juga lu bro! Di Semarang nge-kos apa sama saudara?”. Yah…

***
Sekali lagi, tanpa tendensi dan tiap fakta di bawah ini tak bisa digeneralisasi. Saya juga tak mau disebut seperti kata pepatah: istri tetangga lebih cantik dari istri sendiri. Oh salah, rumput tetangga maksudnya. Saya hanya pengamat dari perdebatan everything about ITS dan ITB di dunia maya. Saya laporkan di sini dengan kerendahan hati, semoga kita semakin terpacu.

Percaya Diri
Banyak blog (malah dari anak ITB sendiri) menyimpulkan bahwa sombong adalah sifat yang paling kentara dari anak ITB. Kalau saya menilainya bukan sombong tapi percaya diri. Simpulan lain, anak ITS malah down ketika berhadapan dengan nama besar UI, ITB, dan UGM. Pada poin terakhir ini, 80 % saya sepakat. Entah mengapa, aura mereka begitu menyilaukan.

Saya punya teman SMA di ITB, ketika sekelas di SMA dulu levelnya sepadan lah dengan saya. Kelas terbang menengah. Artinya rangking selalu melayang, bodoh tidak, pintar apalagi. Tapi ketika terakhir bertemu, wah…berubah! Kepercayaan dirinya menanjak drastis terlihat dari caranya berbicara. Katanya, menyandang gelar “anak ITB” membuatnya percaya diri. Padahal dulu, kalau ada tugas presentasi bawaannya izin ke belakang terus.

Ada sebuah idiom unik di sebuah blog,”Kalau orang ITB mikirnya negara, kalau orang ITS mikirnya bagaimana mengalahkan ITB,”. “Yah…kalau ITS mah nggak level,” tambahnya. Kalau ITS masih coba melangkahi ITB. Kami (ITB), tulisnya, sudah berpikir bagaimana bersaing dengan Todai, Kyodai, Beijing, Nanyang, NUS, Chulalongkorn dkk. “Lewatin dulu tuh UI sama UGM!” lanjutnya.

Saya sama sekali tidak marah. Malah saya bergumam,”Oh iya, kenapa tidak berpikir sejauh itu?”. Kalau sparring partner kita Tokyo Daigaku bahkan MIT, mungkin kita bisa lari lebih cepat. Mudah-mudahan saya sedang tidak bermimpi.

Contoh lain adalah masalah gaji. Di banyak forum diskusi dunia maya, banyak cerita kalau anak ITS ketika ditanya tentang gaji oleh interviewer, menjawab dengan malu-malu,”Terserah Bapak saja,” . Lantas kemudian dibalas Sang HRD “Di bawah UMR ya?”. Dalam hati saya mencandai, “Oh iya Pak, tidak apa-apa, yang penting bisa makan. Ngomong-ngomong UMR itu apa Pak?”

Beberapa posting menyebut bahwa fresh graduate ITB terkenal berani pasang tarif tinggi. Benar atau tidak tak jadi masalah. Bagi saya bukan masalah uangnya, tapi keyakinannya. Seperti beberapa ekspatriat di Indonesia. Berapa persen sih dari mereka yang punya ”kemampuan sebenarnya”. Kadang malah hanya menang penampilan, percaya diri, dan bahasa Inggris cas-cis-cus.

Lulusan bermutu ibarat Mercy SL Class. Dua milyar atau sebanding dengan dua Alphard pun jadi impas untuk mobil dengan spesifikasi seperti itu. Nah, anak ITS bisa kasih harga bersaing seperti anak ITB. Kalau cocok, membayar berapa pun perusahaan mau. Usut punya usut, beberapa survey top university juga melakukan penilaian terhadap “harga jual” fresh graduate dalam menentukan world rank.

Apresiasi
Saya membaca dua tulisan tentang perkembangan robot ITB di website ITB. Sangat apresiatif. Walaupun seumur hidupnya tak pernah mampu mengalahkan PENS-ITS, mereka punya tekad besar dan dukungan besar untuk maju. Namun di beberapa blog, terpuruknya ITB di bidang robotika jadi bulan-bulanan civitasnya. Dari kritik sampai hujatan, lengkap. Maklum, Robot sudah seperti lambang supremasi anak teknik. Salutnya, walau ada beberapa yang tetap tak mau mengakui dengan menunjukkan prestasi ITB di bidang lain, tapi masih lebih banyak yang bilang,”Kita harus belajar dari mereka,”.

Saat saya main ke UI, waktu itu UI bikin baliho besar ucapan selamat atas masuknya UI di peringkat 250 besar world’s top university. Saya hanya membayangkan sambil tersenyum, itu baliho bisa sebesar apa ya kalau UI peringkat satu universitas terbaik sedunia-akhirat.

Penghormatan yang mungkin kurang dari diri kita. Banyak mahasiswa yang mendapat juara “cuma diambil pialanya saja”. Padahal berapa sih ongkos bikin spanduk untuk membuat ucapan selamat. Bunyi “Selamat kepada Tono atas Juara bla bla bla” itu sudah cukup. Si pemilik nama yang dipampang di sudut jalan itu wes bangganya minta ampun.

Kurang apresiasi atau memang tak ada yang berprestasi, saya tidak tahu. Saya jadi ingat kawan saya di salah satu organisasi yang sering lomba ke luar negeri. Ia mengeluh,”Kalau kita sukses saja, baru dibangga-banggakan. Tapi giliran dimintai bantuan (moril atau materil) pada ngilang semua,”. Ya, mahasiswa butuh apresiasi atas tiap ukir prestasi mereka.

Bukan hanya satu, saya sering dengar banyak mahasiswa ITS baik yang mewakili organisasi ataupun pribadi, ketika lomba pakai kantong sendiri dengan segala keterbatasannya. Tapi ketika pulang bawa piala dianggap usaha bersama satu ITS. Istilah kebahasaannya “Totem Pro Parte”.

Saya yakin sekali, sebenarnya segmen profil dalam website ITS dapat terus di-update. Namun terkadang, prestasi tersebut sampai ke meja redaksi hanya dari mulut ke mulut. Sedangkan sangat tidak mungkin bagi 12 reporter ITS Online untuk menanyakan satu per satu ke jurusan, siapa civitas yang berprestasi minggu ini.

Masalah jumlah doktor dan profesor juga jadi perdebatan. Kata mereka dalam forum, jumlah doktor pengaruh pada kualitas pengajaran. ITB masih menang jauh dari ITS. Dari 1056 dosen, ITB punya 800 doktor. Sedangkan dari data Laporan Rektor ITS, sampai Oktober 2008 (maaf kurang update) dosen ITS yang bergelar doktor hanya 200 dari 1125 orang. Belum lagi melihat produktivitas ITB dalam jurnal ilmiah internasional. Kurun Juni 2009, ITB masih peringkat teratas, bahkan di atas LIPI. Sedangkan nama ITS belum nongol di lima besar se-Indonesia versi Scopus. 

 Beberapa tahun lalu, seorang pejabat ITS pernah mengeluh pada media lokal kalau ITS susah menambah doktor dan profesornya karena kurangnya motivasi dan sibuk “ngantor” di luar. Tapi sekarang (mungkin) beda, ITS sedang produktif menghasilkan profesor baru. Para dosen juga “dipaksa” jadi doktor, kalau tidak bisa dibilang terpaksa karena malu dosen-dosen muda sekarang sudah banyak yang doktor. Sekali lagi, motivasi dan apresiasi.

Dr Nieuwenhuis berkata “Suatu bangsa tidak akan maju sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkurban untuk keperluan bangsanya,”. Saya mengartikannya sebagai sosok guru yang tulus mengembangkan ilmu untuk muridnya. Melalui muridnya itulah bangsa ini maju. Walaupun guru itu yang akhirnya menjadi korban dengan kesederhanaannya.

Pola pikir terbuka
Walaupun (katanya) sombong, alumni ITB secara terbuka ramai mengkritik almamaternya sendiri. Lihat milis dan blog bertema ITB. Terkadang kritiknya pedas, sehingga debat kusir sering terjadi di dunia maya. Uniknya, pemikiran terbuka dan perdebatan itu berjalan konstruktif.

Mereka juga membahas guyonan Jusuf Kalla saat memberi pidato saat Dies Emas ITB 2009 kemarin. “Kalau negeri ini gagal, maka ITB harus bertanggung jawab,”. Argumen Kalla waktu itu karena ITB menempatkan tujuh alumninya di kabinet SBY-JK. Cukup logis, apalagi dua orang ITB juga pernah meraih kursi RI 1. Hati saya nyeletuk, untung ITS cuma taruh Pak Nuh.

Termasuk pola pikir ”Saya harus kerja jadi insinyur, karena saya lulusan ITS!” itu cukup terpatri kuat. Apa memang hukumnya wajib ketika saya lulus nanti saya harus bergaul dengan alat-alat pertukangan? Apa tidak ada pilihan lain? Jujur, terkadang hal ini menghambat pola pikir kreatif. Tapi saya sadar, saya tak boleh mengingkari ”kodrat” sebagai (nantinya) alumni institut teknologi.

Dalam beberapa blog, civitas ITB begitu bangga dengan pesebaran alumninya. Mereka bernostalgia dengan nama besar Soekarno dan Habibie. Mereka juga bercerita bagaimana apiknya Hatta Radjasa membanting setir dari Kepala BPPT menjadi Ketua Parpol lalu sekarang jadi Ketua Ikatan Alumni ITB. Atau Ahmad Bakrie dan Arifin Panigoro dengan raksasa bernama Bakrie Group dan Medco Group yang mereka rintis dari nol. Mungkin lebih mencengangkan adalah kisah hidup anak desa dari Sulawesi: Ciputra.

Tak jarang alumni ITB yang justru keluar jalur. Seperti bagaimana fasihnya seorang Fadjroel Rahman dan Rizal Ramli beretorika tentang sistem ekonomi negara. Lain hal, tentu para pecinta sastra tak lupa ketika Nirwan Dewanto mengagetkan dunia sastra Indonesia saat ia tampil di kongres kebudayaan 20 tahun silam. Atau bagaimana seorang Purwacaraka pandai menggubah partitur walau latar pendidikannya Teknik Industri.   

Sebenarnya pola pikir ini harus sedikit demi sedikit tertanam. Mungkin sudah mulai tampak dalam dunia akdemik dan kemahasiswaan di ITS. Munculnya pelatihan ESQ, mata kuliah Technopreneurship, seminar-seminar softskill, dan semakin banyak mahasiswa yang cum laude dan lulus tepat waktu (walau saya tak termasuk di dalamnya) bisa jadi bukti. Geliat kegiatan mahasiswa juga mulai tampak kreatif dan tepat guna. Beberapa tahun terakhir, dari mahasiswa muncul sebuah gerakan dinamisasi untuk mendobrak jauh keluar pattern yang kolot.

Alumni
Sadar atau tidak, IKA ITS jadi panutan bagi ikatan alumni lainnya. Bahkan di milis IA ITB, IKA ITS benar-benar disanjung. Bukan sebuah khayalan, ikatan alumni bisa jadi kendaraan politik yang cukup solid dan bernilai. Hal itu yang terjadi pada Joko Kirmanto (Menteri PU) mantan Ketua KAGAMA, Sofyan Djalil (mantan Menkominfo) juga bosnya ILUNI, dan Hatta Radjasa (Menko Ekuin) adalah Ketua IA ITB.

Alumni ITB tersebut kagum dengan kedewasaan para alumni ITS. Alumni ITS, katanya, tidak ambisius dan saling sikut. Padahal Pak Nuh, saat masih Menkominfo, berpeluang besar jadi ketua. ”Apa ia nggak mau ikut jejak temannya di kabinet?” katanya. Tapi IKA ITS mampu mendorong agar Pak Nuh fokus pada amanahnya sehingga kursi Ketum jatuh ke Dwi Sutjipto, Dirut Semen Gresik, tanpa “pertumpahan darah”.

Bukan isapan jempol. Saya pernah kerja praktek di galangan. Ketika itu banyak alumni ITS (bukan banyak tapi semuanya), saya serasa hidup di rumah sendiri. Pembimbing saya sangat membantu, termasuk memudahkan saya membuat laporan. Kalau bertemu alumni ITS rasanya seperti kawan lama tak bersua.

Kekuatan alumni inilah yang sering terlupa. ITB dan UI terkenal punya jaringan yang menggurita di pemerintahan, BUMN, dan BUMS. Kesolidannya terihat dimana ketika ada alumninya yang promosi jabatan, maka semua alumni serentak mendukung. Mereka juga secara aktif menempatkan alumni terbaiknya di institusi penting itu dan merekrut juniornya untuk turut mewarnai institusi. ”Alumni ITS kelihatannya kalau sukses sendiri-sendiri,” tulis dalam milis itu. Belum lagi tentang loyalitas mereka pada almamater.

Alumni ITS? Diam-diam menghanyutkan. Baru-baru ini terbit buku berjudul Inspire to Succes: Menuju Kemandirian Bangsa Ide 100 tokoh alumni ITS. Entrepreneur, Pejabat BUMN/BUMS, Pemerintahan, Pendidikan, LSM/Organisasi, dan peneliti. Pucuk-pucuk pimpinan dan posisi strategis itu sudah pernah kita pegang. Bahkan tak sedikit, alumni ITS yang keluar jalur dan sukses. Walau tak sepopuler alumni ITB, nyatanya alumni ITS juga tak bisa dipandang remeh.

Semua poin tadi adalah sedikit perbandingan saja. Masing-masing punya karakter dan nilai positif. Agar tak tergelincir, maka belajarlah merunduk seperti padi. ITB dan ITS memang kampus teknik terbaik, tapi baru di kandang sendiri. Ketika di Asia apalagi dunia, nama keduanya masih ”di bawah garis kemiskinan”. Bagi saya, lulusan apa pun kita atau bahkan tak pernah mencicipi bangku kuliah sekalipun, akan lebih bernilai ketika kita mampu berkontribusi bagi masyarakat luas di sekitar kita. Dengan cara apapun.


”Dik, Kakak beri kamu sebungkus hadiah untuk ulang tahunmu November besok,”.
”Jangan Kak. Beri saja hadiah itu pada Ibu. Dialah yang berjasa sampai kita berumur 50,”
”Sekarang Ibu mana?”
”Itu...” Sang Adik menunjuk gubuk-gubuk reot di balik kemegahan gedung berteknologi tinggi yang dibangun para insinyur cerdas.


Bahtiar Rifai Septiansyah
Mahasiswa Teknik Perkapalan

(copy dari milis sebelah)

Kamis, 10 Februari 2011

CIA gagal pecahkan sandi dari Indonesia!


Central Intelligence Agency, disingkat CIA,  ialah organisasi dinas yang bekerja secara rahasia milik pemerintah Amerika Serikat, yang bekerja dengan sederet teknologi spy kit dengan teknologi tercanggih, tak dapat memecahkan kode sandi dari Indonesia.


Menurut dokumen-dokumen rahasia yang dimiliki Wikileaks, FBI, CIA, dan Badan Inteligen Amerika Serikat (NSA) menangkap banyaknya pesan-pesan singkat atau Short Message Service (SMS) dari dan ke luar Indonesia.Pesan-pesan tersebut pun memiliki trafic yang cukup besar tiap harinya.

Pesan-pesan ini membuat mereka curiga karena semua pesan singkat tersebut penuh dengan sandi yang berisi kode angka, huruf dan simbol. Sekilas kode-kode ini terlihat sederhana. Namun, para ahli kriptografi (ahli sandi) berpendapat sandi ini lebih kompleks dari yang terlihat. Kalimat-kalimatnya pendek, dan kata-katanya jauh lebih singkat dari kata-kata normal dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tampaknya ada sebagian kata yang merupakan gabungan dari beberapa kata tetapi punya arti lain (portmanteaux). 

Bahasa yang digunakan sepertinya juga bukan bahasa Indonesia standar, atau mungkin bahkan bahasa daerah. Ini sama saja seperti penggunaan bahasa Navajo dalam Perang Dunia II untuk komunikasi, namun pesannya ditulis dengan mesin Enigma (alat sandi yang digunakan Nazi Jerman waktu perang dunia kedua); walaupun kodenya terpecahkan, bahasa yang digunakan belum tentu dapat dimengerti.

Bahasa Navajo
Bahasa Navajo atau bahasa Navaho (Diné bizaad) adalah sebuah bahasa pribumi di Amerika bagian utara dan tepatnya di sebelah barat daya Amerika Serikat. Bahasa ini terutama dipertuturkan oleh suku bangsa Navajo dan jumlah penutur bahasa ini kurang lebih adalah 175.000 jiwa. Bahasa Navajo termasuk rumpun bahasa Na-Dene. bahasa Navajo adalah bahasa yang dipakai sebagai sandi yang tak terpecahkan di perang dunia kedua.

Kembali ke Sandi dari Indonesia ini

Seorang agen yang menyelidiki pesan-pesan ini menyatakan: “Pesan berisi kode yang kirimkan lewat jalur terbuka seperti layanan SMS membuktikan orang yang mengirim yakin bahwa kodenya tidak mudah untuk dipecahkan, setidaknya sampai informasi yang dikode sudah tidak valid lagi. Kode ini harus dipecahkan secepatnya karena bisa mengancam keamanan nasional”. Pernyataan ini berada dalam sebuah laporan di dalam salah satu dokumen yang didapat oleh Wikileaks.

 Berikut contoh pesan yang didapat oleh Wikileaks:



Isi Pesan
“q pg3nd Qmuwh tW Lok q tuCh Cynk Bgd m kmuWh,q g mW kmuWh pg d4rQ,muv k4n k3slh4n2 q.i luph u B3ibh"




Inilah Kehebatan dari para ABG Indonesia!


hehehe...

alasan mengapa cincin pernikahan selalu ada di jari manis

Kenapa Cincin pernikahan selalu ada di jari manis ya?
kok bukan di jari lain...
Saya sebetulnya juga bingung tapi setelah baca suatu artikel, menarik juga untuk diperhatikan. Coba deh ikuti langkah berikut ini, kalian pasti takjub karena Tuhan benar-benar membuat keajaiban yang tiada duanya dalam wujud manusia yang paling sempurna.



1. Pertama, tunjukkan telapak tangan anda, jari tengah ditekuk ke dalam.


2. Kemudian, 4 jari yang lain pertemukan ujungnya.




kayak gini :





3. Nah, sekarang permainan dimulai, sekarang ada 4 pasangan jari yang masing-masing mewakili anda dan keluarga anda.

dimana:

  • ibu jari       = kedua orang tua anda
  • telunjuk     = saudara-saudari anda
  • jari manis  = suami-istri
  • kelingking  = putra-putri anda

Dalam kehidupan, sudahlah takdir bahwa yang hidup suatu saat akan mati.

4. Cobalah membuka ibu jari anda, ibu jari mewakili orang tua, ibu jari bisa dibuka karena semua manusia mengalami sakit dan mati. Dengan demikian orang tua kita akan meninggalkan kita suatu hari nanti.

5. Tutup kembali ibu jari anda, kemudian buka jari telunjuk anda, jari telunjuk mewakili kakak dan adik anda, mereke memiliki keluarga sendiri, sehingga mereka juga akan meninggalkan kita.

6. Sekarang tutup kembali jari telunjuk anda, buka jari kelingking, yang mewakili anak-anak. Cepat atau lambat anak-anak juga akan meninggalkan kita.

7. Selanjutnya, tutup jari kelingking anda, bukalah jari manis anda tempat dimana kita menaruh cincin pernikahanan anda, anda akan heran karena jari tersebut tidak akan bisa dibuka. Karena jari manis mewakili suami dan istri, selama hidup anda dan pasangan anda akan terus melekat satu sama lain. 



selamat mencoba

Rabu, 02 Februari 2011

Let The Story Begin

bismillahirrohmanirrohim...
hari ini kamis tanggal 3 januari 2011, pukul 7.30
akhirnya blog pertama ku launching.
atas modal nekat dan keinginan yang tinggi.
semoga kedepannya blog ini akan menjadi barokah dan memberikan manfaat bagi semuanya.
amin...